Sumber gambar: dokumentasi pribadi 15 April 2023
Tidak ada yang bisa digunakan untuk menjaga diri ini selain ilmu nafi' atau ilmu yang bermanfaat, karna di situlah selalu ada kebaikan.
"Barang siapa Allah inginkan kebaikan, Allah akan fakihkan kebaikan."
Allah berfiman dalam QS Al-Mujadalah : 11
".. Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.."
Kita butuh ilmu, kita butuh itu semua. Maka, mintalah kepada Allah agar diberi ilmu nafi', dan mintalah agar selalu dilindungi dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan mari kembali evaluasi amal kita.
Rasulullah shallallahualaihi wassalam menyampaikan "Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mengalahkan orang-orang bodoh, bersaing dengan para ulama, atau menarik manusia, maka Allah akan masukan orang ini ke dalam api neraka. (HR Imam Ahmad Tirmidzi)
Jangan sampai ilmu kita hanya memasukkan kita ke dalam api neraka. Jangan sampai kita berdebat dengan orang-orang bodoh, ingin dapat kedudukan, popularitas, dan membuat orang kagum dengan kita. Sungguh, orang seperti ini akan diancam masuk neraka.
Rasulullah shallallahualaihi wassalam bersabda, "Barangsiapa yang mengharapkan wajah Allah dalam ilmunya, maka Allah akan hadapkan wajahNya ke hadapannya."
Bagaimana untuk berhasil dalam kehidupan dunia dan akhirat?
Apakah ilmu kita sudah beramfaat?
Apakah hanya untuk menjadi alat untuk mendapatkan dunia?
Bukankah Imam Malik, Imam Syafi'i sangat populer? Namun, letaknya bukan pada kesan popularitas, tapi parameternya ada pada niat, tujuan, dan ambisi kita. Tujuannya hanya semata-mata untuk mengarapkan wajah Allah subahanahu wa ta'ala.
Lalu, bagaimana cara mengetahui hati benar-benar memaafkan orang lain?
Memastikan kondisi hati kita saja sulit, bagaimana menilai kondisi hati orang lain? Satu pembicaraan, dan pada satu majelis itu butuh memperbaiki niat dan keikhlasan.
Para ulama mengatakan, "aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih sulit daripada hati, karna hati itu berbolak-balik".
Bagaimana agar tidak selalu merasa sedih atas segala kesalahan di masa lalu? Renungkan QS Az-Zumar : 53
"Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah". Penyesalan itu penting. Namun, penyesalan harus diimbangi rasa berharap kepada Allah.
Kunci memiliki stok sedih yang sedikit adalah dengan beramal untuk Allah. Stok sedih harus ada, tapi jangan kebanyakan. Sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, wa la tahzan, jangan anda merasa lemah, dan jangan anda merasa sedih. Mari evaluasi keikhlasan kita. Di masa lalu kita melakukan kesalahan besar, lantas apakah kita sekarang tidak diberikan rahmat oleh Allah? Di mana rasa syukur kita?
Syaitan selalu menjanjikan kefakiran, kemiskinan, ketidaknyamanan, dan mereka memerintahkan kita untuk melakukan perbuatan keji. Lalu Allah selalu menjanjikan ampunan dan karunia. Maka kuatkan harapan dan keikhlasan kita.
Tidak ada yang lebih baik kepada hal-hal ini, kecuali kembali kepada konsep Nabi kita Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, yaitu iman dan tauhid. Ketahuilah wali-wali Allah itu tidak ada rasa sedih, dan khawatir, mereka adalah orang-orang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Kembalilah selalu kepada Allah. Taqwa itu didefinisikan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Engkau menjalankan perintah Allah dan mengharapkan ganjaran dari Allah subhanahu wa ta'ala. Ketaqwaan adalah menjalankan tanggung jawab dengan melibatkan hati dan keikhlasan. Kenapa banyak di antara kita yang merasa sedih, merasa dunia tidak adil, atau bahkan menyalahkan orang lain? Ini adalah tentang ketaqwaan kita. Bertaqwalah maka kita akan mendapatkan kebahagiaan.
-Ditulis dan dirangkum oleh penulis, semoga Allah menjaganya 🌻
Referensi:
Faidah Kajian Syuruk Riyadush Shalihin Bab 40
28 Mei 2023
0 Comments