Hidayah memang sepenuhnya milik Allah. Tapi tidakkah kamu pernah berpikir, saat tidak sengaja nemu postingan, tidak sengaja membaca atau mendengarkan suatu ilmu agama, itu adalah bentuk atau cara Allah "menyapamu". Tapi mungkin, kita aja yang kurang peka, atau pura-pura tidak peka? Sehingga semua ilmu agama yang telah diketahui kamu ingkari dalam hati? Kita tahu kalau meninggalkan sholat itu dosa. Tapi banyak dari kita yang lebih memilih melanjutkan hal-hal yang kebutuhannya untuk duniawi daripada berhenti sejenak untuk mengambil wudhu, kemudian beranjak sholat. Padahal, kita tahu kalau sholat adalah ibadah yang pertama kali dihisab.
Pasti di antara orang yang membaca ini dalam hatinya terbesit, "ah lebay banget", "si paling bener", atau "urus saja urusanmu sendiri". Ketahuilah salah satu perkataan yang sangat Allah murkai yaitu: "Dan sesungguhnya termasuk dosa yang paling besar di sisi Allah ialah saat seseorang berkata pada rekannya, "Bertaqwalah kepada Allah", lalu dijawab, "Urus saja dirimu sendiri". (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 1/359, an-Nasai dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah, 849, dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah, no. 2598)
Di dalam kitab Shahih-nya, imam Bukhari membuka salah satu bab kitab ash-Shaum dengan perkataan Abu az-Zinad,
"Sesungguhnya mayoritas sunnah dan kebenaran bertentangan dengan pendapat pribadi”. (HR. Bukhari)
Sebagian dari kita mungkin sudah paham ilmu, hanya saja ilmu itu hanya sebatas mengetahui tapi belum meresap sampai ke hati. Kita tahu sesuatu haram, tapi masih mendekatinya, kita tahu sesuatu dilarang tapi masih melakukannya. Memang benar apa yang dikatakan oleh imam Bukhari rahimahullah, betapa seringnya seseorang enggan menerima kebenaran karena bertentangan dengan pendapat pribadi.
Dalam agama Islam, orang bodoh itu dimaafkan dosanya oleh Allah, tapi orang yang sengaja bodoh, sementara ia masih "ngeyel" padahal telah mengetahui ilmunya, sesungguhnya ini adalah orang-orang yang berpaling dari peringatan, bukan bodoh yang tidak disengaja. Atau, mungkin saja kita yang terlalu malas untuk mencari tahu, karena takut apa yang sudah terlanjur dikerjakan ternyata adalah sesuatu yang dilarang?
Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya?” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Di era teknologi yang sudah sangat canggih, seharusnya tidak sulit bagi kita untuk mencari tahu sesuatu hal, termasuk ilmu agama. Kelak, kita akan diminta pertanggung jawaban, termasuk dalam keinginanmu untuk belajar dan menuntut ilmu syar'i. Digunakan untuk apa gadgetmu? Allah kasih 24 jam untuk kita, jangan lupa luangkan waktumu untuk mempelajari ilmu syar'i. Jangan sampai kita menyesal, selagi masih ada waktu.
Allah subhana wa ta'alla berfirman:
"Dan mereka pun berkata: "seandainya kami dahulu mau mendengarkan dan berpikir, niscaya tidak akan kami menjadi penghuni neraka Sa'ir". (QS Al-Mulk : 10)
Selain milik Allah, hidayah itu perlu dijemput dan dipaksakan. Jangan sampai maut yang lebih dulu datang, jangan sampai setelah sampai di alam barzah kita baru memohon untuk dihidupkan kembali hanya untuk bertaubat dan mengerjakan semua amalan yang telah kita ketahui, namun kita ingkari selama masih hidup. Naudzubillah mindzalik.
-Tulisan seseorang semoga Allah menjaganya 🌻
Referensi:
https://rumaysho.com/12200-waktu-muda-yang-sia-sia.html
https://muslim.or.id/8067-introspeksi-diri-akhlak-yang-terlupa.html
https://nasehat.net/ucapan-yang-paling-dibenci-allah/