Surat Rindu


Untuk sebagian orang, perasaan rindu memang sangat menyakitkan. Apalagi jika harus terpendam berhari-hari, dan tidak bisa terbalaskan. Semua hal memang tak harus tersurat, tapi tidak semua orang peka pada sesuatu hal yang tersirat. Ya, tentang perasaan rindu ini.

"Tenang saja, dia pasti merindukanmu". Dalam hatiku berkata demikian. "Mungkin. Mungkin. Mungkin". Ah, ekspektasiku terlalu tinggi. Cuma kata-kata itu yang selalu terbesit di otakku. Sejak awal hingga kini aku selalu berpikir positif. Tapi ya itu hanya sekadar ekspektasiku saja. Kepada semesta, aku meminta bukti sebagai alasan agar aku bisa tetap berpikir bahwa kalimat positif tersebut akan selalu tertanam dalam benakku.

Entah apa aku kurang peka membaca sinyal rindu yang kamu beri, atau memang kamu yang belum membalasnya sama sekali?
Rindu yang tak terbalas membuatku terlihat gila. Bahkan, ketika ada seseorang yang sedang melucu membuat orang-orang tertawa terbahak-bahak, tetap saja wajah dan tatapanku datar dan kosong.

Rindu yang tidak terbalaskan itu seperti lubang hitam yang menyedot habis semua senyum dan tawa yang ku punya, yang tersisa hanya rasa sakit dan sesak di dada. Rasanya seperti kita duduk memandang langit yang sama, tapi kita sendiri-sendiri.

Surat ini memang tidak perlu dibalas. Tapi ku mohon balaslah rinduku.


Sumber gambar: id.pinterest.com

0 Comments

Responsive Advertisement
"Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian" 🥀

Designed by OddThemes